Rudal Balistik Scud, Senjata Era Uni Soviet yang Masih Ditemukan hingga Sekarang

MOSKOW – Rudal balistik Scud dikembangkan sebagai senjata nuklir Uni Soviet pada masa Perang Dingin. Meski sudah sangat tua, namun DNA peluru ini sudah tersebar ke seluruh dunia.

Saat ini, rudal Scud tidak lagi diproduksi atau digunakan oleh militer Rusia. Namun, penggunaannya masih terlihat di kalangan militer lain di seluruh dunia.

Pada versi aslinya, desain dan kemampuan rudal Scud tidak dijadikan acuan pengembangan rudal lainnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika DNA rudal kini ditemukan pada rudal-rudal baru, seperti yang diproduksi oleh Korea Utara dan Iran. Apa itu rudal balistik Scud?

Scud atau R-11 (nama asli) adalah rudal balistik taktis yang dikembangkan oleh Uni Soviet pada masa Perang Dingin. Ini dikembangkan oleh tawanan perang Jerman dan didasarkan pada roket Nazi V-2 yang digunakan untuk menyerang London selama Perang Dunia II.

Mengutip ancaman rudal, per Jumat (3/5/2024), Scud awalnya dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir. Varian “Scud A” pertama mulai beroperasi pada tahun 1955 dan memiliki jangkauan hingga 190 km.

Pada tahun 1958, rudal tersebut dilengkapi dengan hulu ledak nuklir 50 kt. Sayangnya, efektivitasnya rendah, sehingga lebih cocok digunakan terhadap sasaran lunak yang besar, tidak bergerak, dan tidak bergerak.

Desain dasar Scud kemudian direvisi dan Scud-B dikembangkan pada tahun 1965. Dari segi kemampuan, versi ini lebih baik dari pendahulunya.

Seiring berjalannya waktu, pengembangan Scud terus berlanjut. Produksi dan penjualan rudal ini terus berlanjut, setidaknya hingga jatuhnya Uni Soviet.

Namun, jatuhnya Uni Soviet bukanlah akhir dari Scud. Rudal ini masih digunakan di negara-negara seperti Iran dan Libya.

Khawatir dengan kemampuannya, negara-negara lain mulai merancang rudal mereka sendiri berdasarkan kemampuan Scud. Irak, misalnya, memproduksi Scud versinya sendiri, yang disebut Al Hussein, yang memiliki jangkauan hingga 400 mil.

Tinggalkan komentar