Merokok Tinggalkan ‘Bekas Luka’ pada Sistem Kekebalan Tubuh

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Memberikan efek jangka panjang pada sistem kekebalan tubuh meski seseorang berhenti merokok. Dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Nature, para peneliti dari Institut Pasteur menunjukkan bahwa merokok meninggalkan sinyal epitoksik pada DNA dan mempengaruhi kekebalan adaptif.

Sudah diketahui secara luas bahwa merokok membuat seseorang berisiko terkena kanker, kata Darragh Duffy, salah satu penulis penelitian tersebut. Selain itu, ia dan timnya ingin memahami dampak negatif merokok terhadap respons sistem kekebalan tubuh.

“Ini efek jangka panjang sekaligus efek yang meningkat,” kata Duffy, Selasa (16/4/2024).

Para peneliti telah menemukan bahwa merokok mengganggu respon sistem kekebalan tubuh bawaan dan adaptasi terhadap banyak pemicu, sehingga menciptakan semacam “cedera” pada sistem kekebalan tubuh. Hal ini juga ditunjukkan dengan peningkatan kadar sitokin pada perokok dibandingkan individu yang tidak pernah merokok.

Sitokin merupakan senyawa kimia yang berperan sebagai mekanisme komunikasi antar sel yang terlibat dalam sistem kekebalan tubuh. Di sisi lain, respon imun adaptif adalah sekumpulan sel imun khusus yang memberikan perlindungan jangka panjang dan perlindungan permanen terhadap infeksi berulang.

Untuk mensimulasikan kondisi infeksi di laboratorium, tim secara sistematis memaparkan sampel donor darah utuh ke berbagai kondisi imunostimulan yang menangkap agen sistem kekebalan tertentu, termasuk mikroba dan virus. Para peneliti mengukur produksi sitokin anti-inflamasi setelah terpapar kondisi yang menargetkan sistem kekebalan, jaringan responsif terhadap program yang merespons infeksi baru dengan cepat. Untuk memilih faktor-faktor yang berhubungan kuat dengan imunitas spesifik, hasil kuesioner kesehatan peserta dikelompokkan menjadi variabel sosial demografi, lingkungan, kesehatan, dan gizi.

Saat mengukur pengaruh produksi sitokin pada setiap tantangan sistem kekebalan, ada tiga variabel yang secara signifikan mempengaruhi indeks massa tubuh, infeksi sitomegalovirus, dan merokok. Ketika tim meneliti sistem kekebalan tubuh perokok sebelumnya, profil sistem kekebalan tubuh tampak serupa dengan non-perokok, namun respons sistem kekebalan tubuh serupa dengan perokok saat ini.

Para penulis memutuskan untuk mencari lebih banyak data guna menemukan sel-sel yang mendorong efek merokok pada respon sistem kekebalan tubuh. Para peneliti memasukkan data aliran sitometri untuk analisis peserta, dan tidak ada sel spesifik yang memediasi respon imun dari dalam.

Namun, ada banyak regulator sel B dan T yang berkontribusi signifikan terhadap efek jangka panjang merokok terhadap sistem kekebalan tubuh. Duffy dan timnya memberikan bukti bahwa gen-gen ini memediasi efek jangka panjang dari merokok terhadap sistem kekebalan tubuh.

Di sisi lain, merokok mengubah respon imun baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan kadar sitokin dan meninggalkan penanda genetik pada gen. “Waktu terbaik untuk berhenti merokok adalah sekarang,” kata Duffy.

Tinggalkan komentar